MAKALAH KIMIA RUMAH TANGGA
CAT DAN PIGMEN

KELOMPOK 9 :
1.
DIAN
KURVAYANTI (12030654018)
2.
DENYS
ARLIANOVITA (12030654019)
3.
BELLA
FIDDIINI R (12030654021)
4.
ELLA
WAHYUNI (12030654039)
5.
NURUL
FATHONAH (12030654050)
PEND. SAINS A 2012
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Industri cat adalah
salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia sudah menggunakan cat untuk kegiatan
komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan meterial-material yang tersedia di
alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanaman-tanaman yang
memiliki warna yang menarik sebagai bahan dasar cat. Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan
yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol,
Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan
lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan (Anonim, 2007c).
Orang-orang Mesir
kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, mereka menemukan cat warna
biru, merah, dan hitam dengan mengekstrasi
akar tanaman tertentu dengan kasein
sebagai perekatnya. Seiring dengan perkembangan teknologi, manusia mulai menemukan minyak
tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat
cat. Walaupun
telah ditemukan perekat atau resin
yang semakin baik dengan berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural
hingga kini masih banyak dipakai.
Cat adalah suatu
cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan
memperindah (decorative), memperkuat
(reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah
dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang
melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan
dapat dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping)
atau dengan cara yang lain (Susyanto, 2009b).
Cat adalah istilah
umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan
memberikan warna pada suatu objek
atau permukaan dengan melapisinya dengan
lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir
semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya
seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi
atau kerusakan oleh air) (Anonim, 2009).
Makalah
ini membahas mengenai struktur, komposisi, jenis-jenis cat, dampak, proses pembuatan cat dan kelegalan yang
ditimbulkan oleh bahan cat dan pigmen.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa
rumusan masalah, diantaranya:
1. Bagaimana
sejarah perkembangan cat?
2. Bagaimana
struktur dan komposisi bahan cat?
3. Apa
saja jenis-jenis bahan cat?
4. Apa
dampak dari penggunaan bahan cat?
5. Bagaimana
tahapan dari proses pembuatan cat?
6. Bagaimana
kelegalan dari bahan cat menurut Undang-Undang yang berlaku?
C.
Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan rumusan masalah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan
sejarah perkembangan cat.
2. Mengidentifikasi
struktur dan komposisi cat.
3. Menjelaskan
jenis-jenis cat.
4. Menjelaskan
dampak dari penggunaan cat
5. Menjelaskan
tahapan dalam proses pembuatan cat.
6. Mengidentifikasi
kelegalan dari bahan cat yang digunakan menurut Undang-Undang yang berlaku.
BAB II
PEMBAHASAN
Cat
adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan
tujuan memperindah (decorative),
memperkuat (reinforcing) atau
melindungi (protective) bahan
tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk
lapisan tipis yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan
cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak cara: diusapkan (wiping), dilumurkan, dikuas,
disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain
(Susyanto, 2009b).
Cat
adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk
melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan
melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua
jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk
membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi
(marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air)
(Anonim, 2009).
A. Sejarah
Cat
Industri
cat adalah salah satu industri tertua di dunia.
Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk
kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka
menggunakan metrial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon),
darah, susu, dan sadapan dari tanaman-tanaman yang memiliki warna yang menarik.
Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang
ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu
orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan
lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan (Anonim, 2007c).
Sejak
30.000 SM orang-orang di Perancis dan Spanyol sudah menggambar dengan cat di
gua-gua. Zat pewarna yang pertama terbuat dari tanah liat, batu-batuan, dan
bijih logam. Zat pembawa yang pertama terbuat dari lemak binatang, kemudian
digunakan getah Arab, agar-agar, putih telur, dan lilin lebah.
Ditemukan
pula bahwa 35.000 tahun yang lalu terdapat gambar “Bison” di dinding gua daerah
Lascaux, Prancis. Pigmen atau bahan warna yng digunakan berasal dari saliva dan
lemak binatang. Selain itu, batu – batuan juga digunakan sebagai bahan baku
pigmen, diantaranya hematite dan cinnabar untuk warna merah, lazurit untuk
warna biru cerah, zurite untuk warna biru kehijauan, orpiment dan realgar untuk
warna kuning dan orange, serta malasit untuk warna hijau.
Pada
abad Pertengahan orang menciptakan zat pembawa yang baru dari tumbuh-tumbuhan
dan mineral yang dibakar. Bangsa Mesir membuat zat pewarna dengan menghaluskan
mineral Azurit untuk warna biru. Malasit untuk warna hijau. Cinabar untuk warna
merah terang.
Bangsa
Yunani membuat verdigris (sebuah campuran warna antara biru dan hijau) dari
tembaga yang dipisahkan oleh cuka. Mereka mengambil warna ungu dari siput laut.
Pada Abad Pertengahan warna biru laut diambil dari mineral lapis lazuli. Warna
merah dibuat dari akar pohon Madder dan warna lain diambil dari buah berry dan
bunga.
Cat
minyak muncul pada abad 15,pada awalnya Leo Battista Alberta menggunakan cat
minyak yang kental dan dapat diencerkan dengan turpentine.Dan tidak terlalu
lama digunakan juga diseluruh Eropa.Mereka telah menemukan tipe cat yang
revolusioner. Pada saat itu di jajahan Amerika Serikat cat menjadi simbul
kemewahan. Hanya warga kaya yang berhak mencat rumah mereka. Dan para artis cat
terlebut menjadi titik awal evolusi cat dimana dari pengalaman mereka ragam
warna dikembangkan.
Warna
pertama yang digiling muncul di Eropa selama abad ke 17. Pada tahun 1828 dibuat
warna biru laut sintetik yang dibuat dari soda, tanah liat cina, batu bara dan
belerang. Pada tahun 1858-an ter batu bara dipergunakan sebagai bahan celup. Pada
abad 19, industri cat dan pernis bukan lagi bersifat seni. Industri cat sudah
menjadi bagian dari industri kimia. Dengan kemajuan tersebut pabrik cat sudah
dapat membuat cat yang siap pakai.
Orang-orang
Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya
warna, mereka menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya
dari akar tanaman tertentu. Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan kasein
sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan minyak
tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat
cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan
berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak
dipakai.
Seiring
dengan berkembangnya waktu, ditemukan bahwa pigmen bisa berasal dari garam
anorganik yaitu melalui proses presipitasi dari ion aqueous dalam larutan.
Diantaranya reaksi Pb(NO3)2
+ Na2CrO4 à
PbCrO4 + 2NaNO3
yang menghasilkan warna kuning, atau reaksi antara zink hidroxida dan NaOH yang
menghasilkan warna putih, dan lain sebagainya.
Pada
abad 20 kita sudah dapat menyaksikan perkembangan yang luar biasa.Pengetahuan
kimia telah menunjukan pada kita bahan-bahan lain dan proses lain seperti
pemasakan minyak dengan resin alam,penemuat resin sintetis/resin buatan yang
mana acrylic termasuk didalamnya.
B. Struktur
dan
Komposisi
Cat
berupa cairan yang kental, cat terdiri dari beberapa komponen yaitu resin,
pigment, solvent, dan bahan tambah lainnya. Cat biasanya dilarutkan dengan
thinner, agar mudah penggunaannya, dalam hal cat tipe dua komponen cat ditambahkan
dengan hardener.
1.
Struktur
Cat

Sumber:
Gambar 2.1 Struktur
alkyd

Sumber:
Gambar 2.2 Struktur
acrylic

Sumber:
Gambar
2.3 Struktur melamin formaldehide
2.
Komponen Cat
Cat memiliki beberapa komponen
yaitu:
a.
Resin
Resin
adalah unsur utama cat yang berbentuk cairan kental yang dapat membentuk
lapisan yang padat dan transparan yang membentuk film atau lapisan setelah
diaplikasi pada suatu obyek dan mengering. Kandungan resin mempunyai pengaruh
langsung pada kemampuan cat seperti misalnya: kekerasan, ketahanan solvent
serta ketahanan cuaca. Demikian pula berpengaruh atas kualitas akhir misalnya
tekstur, kilap (gloss), daya rekat suatu cat, serta kemudahan penggunaan
diantaranya waktu pengeringan.
Resin
yang digunakan pada cat, secara garis besar terbagi menjadi tipe-tipe sebagai
berikut (Anonim, tth: 3):
1) Klasifikasi menurut material:
a)
Resin
Netral, diekstrak terutama dari tumbuh-tumbuhan, digunakan untuk membuat
vernish dan lacquer.
b)
Resin
Sintetik, resin buatan manusia, karena tersedia dalam jumlah banyak, maka cat
modern sebagian besar dibuat dari resin sintetik
2) Klasifikasi menurut tipe lapisan
(film):
a)
Thermoplastik
Resin, pengerasan thermoplastic resin adalah melalui penguapan solvent, tanpa
melibatkan reaksi kimia. Apabila dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan
akhirnya mencair. Thermoplastic resin sangat fleksibel dan sangat mudah larut
dalam solvent.
b)
Thermosetting
Resin, thermosetting resin bila dipanaskan akan mengeras melalui reaksi kimia.
Apabila telah mengeras tidak akan melunak lagi oleh pemanasan kembali.
Ada
banyak jenis resin, seperti: Natural Oil, Alkyd,
Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone,
Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dll.
Resin
dibagi berdasarkan mekanisme mengering atau mengerasnya (pembentukan film).
Struktur dari masing – masing jenis resin pun berbeda.
Tabel 2.1
Ciri-ciri Resin
PENGUAPAN
SOLVENT
(Lacquer dan Duco)
|
Mengering atau mengerasnya
resin terjadi karena penguapan solvent yang ada. Bahan yang padat akan
tertinggal dan menempel merata pada seluruh permukaan bahan yang dicat.
Selama solventnya masih ada maka resin ini belum mengeras. Untuk mempercepat
proses menguapnya solvent, biasanya dibantu dengan pemanasan. Resin jenis ini
secara alamiah polymer-nya sudah cukup besar sehingga film yang terbentuk
sekalipun tidak terjadi reaksi kimia sudah cukup kuat dan padat. Kecepatan
mongering, kualitas rata dan kilap dari permukaan film sangat dipengaruhi
oleh pemilihan jenis dan komposisi solventnya. Contoh resin jenis ini adalah Nitro Cellulosa (NC), Cellolose Acetate Butyrate (CAB), Chlorinated Rubber, Acrylic
Co-polymer, dll
|
|
REAKSI
DENGAN UDARA
(Varnish dan Syntetic Enamel)
|
Mengering
atau mengeras karena ada reaksi kimia antara komponen udara (oksigen atau
air) dengan resin tersebut membentuk molekul-molekul baru yang lebih besar
dan saling berikatan satu sama lain.
Resin
Alkyd atau Natural Oil (atau kombinasi keduanya) mempunyai ikatan rangkap
(tak jenuh) dalam struktur molekulnya, oleh karenanya resin ini bersifat
reaktif terhadap oksigen, namun pada temperatur ruang raktifitasnya masih
kurang, perlu ditingkatkan reaktifitasnya dengan penambahan katalis (dryer) jika akan dipakai.
Pada
resin Prepolymer Polyisocyanate terjadi reaksi “ moisture
cure” antara gugus fungsional yang reaktif dengan air (kelembaban) di udara.
Ciri
utama cat yang mempergunakan Resin jenis ini adalah akan mudah mengeras pada
permukaannya (atau mengulit), bila kena udara (terbuka kalengnya cukup lama).
|
|
REAKSI
POLYMERISASI
|
Campuran
akan mengeras atau mengering karena terjadi reaksi kimia antara dua resin
yang ada dalam campuran cat, reaksi ini sering disebut reaksi polymerisasi.
Reaksi
polymerisasi (baik kondensasi maupun addisi) dapat berlangsung karena adanya
katalis, tanpa katalis (non katalis), panas atau radiasi UV.
Hasil
reaksinya adalah sebuah campuran polymer yang mempunyai berat molekul jauh
lebih besar dan mempunyai ikatan tiga demensi (crosslink) yang jauh lebih
kuat dibanding reaksi yang dijelaskan sebelumnya.
|
|
Tanpa
katalis
(2 Pack Enamel)
|
Pada
suhu ruang, dua pasang resin jenis ini sudah cukup reaktif untuk memulai
reaksi, maka pasangan resin jenis ini harus dipisahkan satu sama lain sebelum
dipakai, dicampur satu dengan lainnya jika hanya akan digunakan.
Tergolong
dalam jenis ini adalah resin Epoxy dengan Polyamide dan Polyol dengan
Polyisocyanate. Resin kedua dalam pasangan tersebut, polyamide atau
polyisocyanate biasa disebut sebagai “hardener”, karena setelah resin ini
dicampurkan dengan pasangannya akan terjadi reaksi polymerisasi dimana
hasilnya ditandai dengan mengerasnya campuran tersebut.
|
|
Dengan
Katalis
|
Karena pasangan dua resin ini
tidak cukup reactive, maka perlu ditambahkan katalis untuk memulai reaksinya.
Resin jenis ini bisa dicampur dan disimpan dalam satu wadah satu dengan
lainnya.
Selama
katalis belum dicampurkan maka tidak akan terjadi pengerasan pada bahan-bahan
tersebut. Contoh resin ini adalah resin amino (melamine) dan alkyd polyol
yang akan bereaksi atau mengeras bila ditambahkan katalis yaitu berupa asam
organik atau anorganik.
|
|
Panas
(Stoving
Enamel)
|
Disamping
katalis seperti sudah disebutkan di atas, panas juga biasa digunakan sebagai
alat untuk mempercepat reaksi kimia. Contohnya adalah resin amino dan alkyd
polyol yang dipakai pada cat jenis stoving (pangggang) pada cat-cat mobil.
|
|
Radiasi
UV
|
Beberapa
resin tertentu, seperti: Polyester tidak jenuh, bisa bereaksi satu dengan
yang lain bila diradiasi dengan sinar UV. Pengeringan dan pengerasan terjadi
setelah campuran resin dikenai sinar UV.
|
b.
Pigment
Pigment
adalah zat pewarna yang tidak bercampur dengan air, oli, atau solvent. Pigment
tidak dapat melekat pada obyek lain, akan tetapi pigment dapat melekat pada
obyek lain apabila telah tercampur dengan resin dan komponen lain dalam bentuk
cat. Pigment dibagi menjadi beberapa tipe yaitu (Anonim, tth: 4):
1)
Pigment
warna, untuk menambah warna pada cat dan meningkatkan daya sembunyi (hiding power)
cat.
2)
Pigment
terang, menambah wana-warni metalik pada coat.
3)
Pigment
extender, menambah kekuatan dan body pada coat, meningkatkan viskositas dan
mencegah sedimentasi.
4)
Pigment
pencegah karat, digunakan pada cat dasar untuk mencegah karat.
5)
Pigment
flatting, digunakan untuk mengurangi kilap pada coat. Pigment ini dicampur
dengan cat apabila dikehendaki kurang kilap.
Pigmen
berasal dari bahan organik maupun anorganik. Contoh dari pigmen anorganik
adalah dari garam anorganik yaitu melalui proses presipitasi dari ion aqueous
dalam larutan. Diantaranya reaksi Pb(NO3)2
+ Na2CrO4 à
PbCrO4 + 2NaNO3
yang menghasilkan warna kuning, atau reaksi antara zink hidroxida dan NaOH yang
menghasilkan warna putih.
c.
Zat
pengencer (Solvent/Thinner)
“Solvent
adalah suatu cairan yang dapat melarutkan resin dan memungkinkan pencampuran
pigment dan resin dalam proses pembuatan cat.” (Herminanto Sofyan, tth: 41).
Solvent dan thinner adalah sama-sama zat pengencer atau pelarut, bedanya dengan
thinner adalah solvent digunakan ketika dalam pembuatan cat sedangkan thinner
digunakan untuk menentukan tingkat kekentalan cat sebelum cat tersebut
diaplikasikan. Menurut Herminanto Sofyan (tth: 41) komponen pembentuk solvent
meliputi:
1)
Diluent,
merupakan larutan yang membantu melarutkan resin lacquer.
2)
Laten
solvent, juga digunakan untuk mencampur pelarut yang baik, hasilnya sama dengan
pelarut yang berkualitas baik.
3)
Solvent
murni, adalah larutan yang mampu melarutkan sesuatu yang mengakibatkan cairan
tersebut masuk ke dalam larutan. Solvent murni melarutkan bahan residu dan
binder.
Penggolongan solvent berdasarkan
struktur kimia adalah sebagai berikut:
·
Hidrokarbon
Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari
solvent-solvent dimana unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya.
Golongan ini terbagi lagi menjadi tiga sub golongan, yaitu: aliphatis, aromatis
dan halogenated hidrokarbon. Sedang sub golongan aliphatis dibagi lagi menjadi
aliphatis jenuh (saturated) dan tidak jenuh (unsaturated). Solvent-solvent
golongan hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil distilasi minyak bumi
yang merupakan campuran dari beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa
murni), sehingga titik didihnya berupa range dari minimum sampai
maksimum, bukan merupakan titik didih tunggal.
Tabel 2.2
Penggolongan Hidrokarbon
GOLONGAN UTAMA
|
SUB GOLONGAN
|
KETERANGAN
|
CONTOH DAN PENGGUNAANNYA
|
ALIPHATIS
|
JENUH,
tidak mempunyai ikatan rangkap dalam strukturnya, disebut juga ALKANA atau
PARAFFIN.
Terbagi
menjadi 3 golongan: RANTAI LURUS, RANTAI BERCABANG dan SIKLIS.
SIKLIS
(NAPHTENE), ikatanya melingkar, atom karbon pertama bertemu dengan atom
carbon terakhir.
|
Hasil-hasil
distilasi minyak bumi berupa campuran beberapa alkana dan mungkin beberapa
jenis hidrokarbon lain.
Titik
didihnya dinyatakan dalam range. Komposisi dinyatakan dalam persentasi
alkana yang ada.
Alkana
yang penting dalam industri cat adalah antara C6=hexana hingga C10=dekana.
|
Dari hasil
distilasi minyak bumi (produksi PERTAMINA):
Special
Boiling Point XX, campuran senyawa hidrokarbon aliphatis, naphtenis dan
sedikit aromatis. Boiling range-nya: 55 - 120oC. Mudah terbakar
dan sangat volatile.
Low
Aromatic White Spirite (LAWS), campuran senyawa hidrokarbon paraffin,
cycloparafin dan aromatis. Boiling range antara 145 - 195oC.
Stabil dengan warna jernih.
Minasol-M,
Pertasol CA, Pertasol CB, Pertasol CC dan minyak tanah (kerosene).
Contoh
lain adalah petroleum ether (40-60oC), naphta (70-90oC),
petroleum benzine (120-150oC)
Contoh
jenis siklis yang diperoleh dari hasil ekstraksi tanaman adalah terpentin.
Biasanya
dipakai untuk solvent cat jenis alkyd (varnish, synthetic enamel) dan
polyurethane.
|
TIDAK
JENUH, mempunyai ikatan rangkap dua, ALKENA/OLEFIN (ethylene, propylene, dll)
atau rangkap tiga, ALKYNE (etuna/acetylene, propuna, dll). Karena sifatnya
reaktif dan hampir sebagian besar senyawanya dalam kondisi gas, maka tidak
umum dipakai sebagai solvent dalam cat.
|
|||
AROMATIS
|
Struktur molekulnya mengandung ikatan aromatis (benzene), C6H6
Daya larutnya lebih kuat dibanding senyawa-senyawa hidrokarbon aliphatis.
|
Toluena (methyl benzene), mempunyai titik didih 111° C, merupakan pelarut
yang sangat kuat.
Xylene (dymethyl benzene), merupakan campuran dari tiga macam isomer:
ortho, metha dan para-xylena yang mempunya titik didih hampir sama (144, 139
dan 139oC) sehingga sulit dipisahkan dengan proses distilasi.
Solvent-solvent jenis aromatis dipakai hampir pada semua jenis cat,
terutama cat jenis acrylic, polyurethane, epoxy atau nitrocellulose.
|
|
HALOGENATED HIDROKARBON
|
Hidrokarbon dimana satu atau lebih atom hidrogen-nya diganti oleh atom
halogen, seperti klorine (Cl) atau fluorine (F)
|
Methylene klorida atau diklormethane, cairan tak berwarna dengan titik
didih 40oC. Dipakai untuk pembersih logam, solvent untuk cat jenis
lacquer dan pembersih/penghilang cat (paint remover).
|
·
OKSIGENATED SOLVENT
Oksigenated sovent atau solvent
dengan atom oksigen adalah solvent-solvent yang struktur kimianya mengandung
atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini adalah golongan ester, ether,
ketone dan alkohol.
Tabel 2.3
Penggolongan Oksigenated Solvent
GOLONGAN UTAMA
|
KETERANGAN
|
CONTOH DAN PENGGUNAANNYA
|
ESTER
|
·
Senyawa organik hasil reaksi kondensasi antara asam karboksilat dan
alkohol (esterifikasi), karenanya nama ester dimulai dari alkil alkohol dan
diikuti nama asam karboksilat-nya, seperti: methyl acetat.
·
Bau yang wangi adalah ciri khas senyawa ini.
·
Makin sedikit atom karbon dan/atau makin banyak cabangnya, maka makin
mudah menguap.
|
·
Ethyl acetate
·
Isopropil acetate
·
Iso dan butyl acetate
Dipakai sebagai solvent pada cat jenis acrylic dan nitro cellulose.
|
ETHER
|
Senyaw organik hasil reaksi kondensasi alkohol. Senyawa ini mengandung
gugus fungsional oksigen yang diapit oleg dua buah lakil.
|
·
Ethyl methyl ether (methyl "cellosolve")
·
Butyl ethyl ether (butyl "cellosolve")
·
Dipakai sebagai solvent pada cat jenis acrylic dan nitro cellulose.
|
KETONE
|
·
Senyawa organik hasil reaksi oksidasi alkohol. Senyawa ini mengandung
gugus fungsional karbonil.
·
Merupakan solvent yang sangat kuat daya larutnya dan juga sangat
volatile.
|
·
Acetone
·
Methyl ethyl ketone (MEK)
·
Methyl methyl ketone (MMK)
·
Methyl isobutyl ketone (MIBK)
·
Dipakai sebagai solvent pada cat jenis acrylic dan nitro cellulose.
|
ALKOHOL
|
·
Adalah senyawa organic yang mempunyai gugus fungsional hidroksil (OH)
yang melekat pada sebuah alkil dari hidrokarbon, baik aliphatis maupun aromatis.
|
·
Ethyl alkohol (ethanol)
·
Isopropyl alkohol (2-propanol)
·
Butanol
·
Dipakai sebagai latent solvent pada cat jenis nitro cellulose
|
d.
Additives
Aditif adalah suatu
bahan yang ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil untuk meningkatkan
kemampuan cat sesuai tujuan atau aplikasi cat. Berbagai tipe bahan yang
ditambahkan pada cat dalam jumlah yang kecil untuk meningkatkan kemampuan cat
sesuai dengan tujuan atau
aplikasi cat. Zat additif berfungsi
untuk mencegah
terjadinya buih pada saat penyemprotan (anti foaming), mencegah terjadinya
pengendapan cat pada saat dipergunakan (antisetting), meratakan permukaan cat
sesaat setelah disemprotkan (flow
additif), menambah kelenturan cat, dll.
Disamping ke tiga
komponen seperti sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya, yaitu: resin, pigment
dan solvent, ada beberapa komponen lain yang ditambahkan dalam jumlah sangat
sedikit ke dalam cat. Komponen-komponen ini, sekalipun ditambahkan dalam jumlah
sedikit, namun memberi kontribusi yang sangat besar terhadap sifat cat,
sehingga cat dapat diproses, disimpan dan dipakai seperti harapan kita.
Penambahan additive
yang ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja, merupakan suatu
proses panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama
proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara
menyeluruh, kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi
dengan variasi jenis dan takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama
jenis dan takaran additive tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut.
Additive ditambahkan
ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent atau water
base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana mekanisme
pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi informasi yang jelas
tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.
Additive biasanya
dibagi berdasarkan fungsinya.Berikut ini adalah beberapa additive yang biasa
dipakai dalam industri cat.
1)
Wetting agent (agen pembasah) dan
dispersing agent.
Agen pembasah dan
agen penyebar mendorong penyebaran cairan saampai permukaan. Lechithin soya
adalah agen pembasah dan penyebar yang banyak digunakan dan memiliki fungsi
sebagai agen antar muka yang efektif untuk aplikasi cat, lacquer, printing ink
dan juga sebagi waterbase coating. Lecithin soya sangaat efektif untuk kasus
pewarna Prussian blue, ultra marine blue atau pigmen titanium dioksida dalam
varnish linseed oil. Selain letichin soya ada juga yang menggunakn Zinc
naqpthenate dan octoate yang mempunyai kemampuan sebagai wetting agen dan
dispersion agen yang lebih baik.
2)
Anti skinnig agent
Anti skinning agent
digunakan untuk memperlambat oksidasi dan juga pembentukan radikal bebas dan
hidro peroksida. Anti oksidan yang sering digunakan untuk daalam cat harus
mempunyai daya evaporasi yang tinggi sehingga mudah menguap tanpa meninggalkan
bekas. Berikut ini adalah anti oksidan yang digunakan seperti Quinones dengan
hidroquinones, phenols, amines, oximes. Merupakan anti oksidan yang menghambat
oksidasi tetapi tidak seara utuh menguap dari film coating. Oximes secara luas
digunakan pada coating merupakan anti oksidan paling ideal yang digunakan
sebagai skinning. Bahan ini menguap dengan cepat tanpa menunda waktu
pengeringan.
3) Anti
setting agent
Laju pengendap[an
partikel meningkat sebanding dengan ukuran dan grafitasi tetapi menurunkan
apabila viskositas meningkat. Pigmen akan cendrung mengendap membentuk sediment
dari partikel pigmen sehingga sulit untuk membuatnya menyebar. Untuk mrngatasi
hal tersebut maka ditambahkan oleat sampai 1% untuk menghindari pengendapan
atau setting. Selain itu juga digunakan turkey red, calcium linoleat dan
aluminium napthenate sampai 2%.
4) Anti
floating dan anti flooding agent
Floating adalah
pemisahan lapisan pigmen baik dalam keadaan cair atau dalam permukaan coating.
Floating dipercepat manakala satu atau lebih pigmen yangmendukung viskositas
structural. Bahan yang sering digunakan untuk mengatasi floating dan flooding
seperti china clay, silica persipitasi dan kalsium carbonat.
5) Leveling dan flow control agent
Leveling
merupakan kemampuan film basah untuk menjadi mulus seragam selama proses
pengeringan. Bahan yang sering digunakan untuk membuat cat supaya menjadi mulus
adalah zinc benzoate, zinc oksida dan asam benzoate.
6) Defoaming agent
Foaming atau
pembusaan sering muncul akibat adanya bahan coating cairan yang mana menurunkan
tegangan permukaan cairan dan mempunyai efektivitas permukaan. Agen anti
defoaming yang banyak digunakan adalah suefaktan yang memiliki HLB rendah seperti
silicon, alcohol , tupentene dan minyak pinus.
7) Preservatif
dan fungicidas
Pada kasus coating
berbasis solvent serangan bakteri bukan menjadi penyebab tetapi diganti dengan
serangan jamur. Bahan yang biasanya digunakan untuk mengatasinya adalah merkuri
asetat, phenyl merkuri, naphenat, penta chlorophenol sodium salt, tetra
chlorophynel sodium salt dan copper napthenat.
Pemilihan
additive dilakukan secara trial dan error , additive dapat mendukung salah satu
sifat namun terkadang juga dapat menjadi perusak dari sipaty coating yang
diharapkan. Oleh karena itu penambahan additive harus diperhitungkan dan
memerlukan ahli teknis yang berpengalaman.
C. Jenis-Jenis
Cat
Banyak teori yang
berkembang untuk mengelompokan cat, diantaranya adalah berdasarkan bahan baku
utama, mekanisme pengeringan, letak dan dimana cat itu dipakai, kondisi cat,
jenis dan keberadaan solvent, fungsi, methode pengecatan, jenis substratnya dan
lain-lain.
Tabel
2.4 Dasar Pengelompokan Jenis-Jenis Cat
DASAR PENGELOMPOKAN
|
JENIS DAN KETERANGAN
|
BAHAN BAKU
|
Berdasarkan jenis resin yang
dipakai: cat epoxy, polyurethane, acrylic, melamine, alkyd, nitro cellulose,
polyester, vinyl, chlorinated rubber, dll
|
Berdasarkan ada tidaknya
pigment dalam cat tersebut, yaitu varnish atau lacquer (transparent, tidak
mengandung pigment); duco atau enamel (berwarna dan menutup permukaan bahan,
mengandung pigment).
|
|
FUNGSI
|
Cat dempul (filler), anti
karat (anti corrosion), anti jamur (anti fungus), tahan api, tahan panas
(heat resistance), anti bocor (water proofing), decorative, protective, heavy
duty, industrial dll.
|
METHODE PENGECATAN
|
Cat kuas, spray, celup,
wiping, elektrostatik, roll, dll.
|
LETAK PEMAKAIAN
|
Cat Primer (sebagai dasar),
undercoat, intermediate (ditengah-tengah), top coat/finishing (pada permukaan
paling atas dari beberapa lapisan cat), interior (di dalam tidak terkena
secara langsung sinar matahari) dan exterior (di luar), dll.
|
JENIS SUBSTRAT
|
Cat besi (metal protective),
lantai (flooring systems), kayu (wood finishing), beton (concrete paint),
kapal (marine paint), mobil (automotive paint, plastik, kulit, tembok, dll.
|
KONDISI DAN BENTUK CAMPURAN
|
Cat pasta, ready-mixed,
emulsi, aerosol, dll.
|
ADA TIDAKNYA SOLVENT
|
Water base, cat solvent
base, tanpa solvent, powder, dll.
|
MEKANISME PENGERINGAN
|
Cat kering udara (varnish
dan syntetic enamel), cat stoving (panggang), cat UV curing, cat penguapan
solvent (lacquer dan duco), dll.
|
Untuk lebih mengenal
jenis-jenis cat yang dijual dipasaran (retail), berikut ini beberapa contoh cat
yang biasa dijual di toko-toko material:
Tabel 2.5 Jenis-Jenis Cat
yang Beredar di Pasaran
JENIS CAT
|
CONTOH CAT
|
DIPRODUKSI OLEH
|
Alkyd top coat atau finish
coat untuk metal
|
FTALIT
|
PT Gajah Tunggal Prakarsa
(Kansai Paint)
|
Nippon 9000 Gloss Finish
|
P.T. Nipsea Paint and
Chemicals Co. Ltd
|
|
Dulux Synthetic Supergloss
|
ICI Dulux Indonesia
|
|
Novalux Synthetic
|
PT. Warna Indah Samatex
|
|
Synthetic Anti Corrosion
PRIMTOP
PT – 88 |
PT. PROPAN RAYA Industrial
Coatings & Chemicals
|
D.
Fungsi Bahan Cat
Tabel 2.5 Fungsi dari Bahan Kandungan Cat
Bahan
|
Fungsi
|
Bahan pembentuk lapisan
(film-forming
materials) : Linseed oil,
Soybean oil, Tung oil, dehydrated caster oil, fish oil, oiticica oil, perila
oil, casein, latex emultion, varnishes
|
Membentuk lapisan pelindung
melalui oksidasi dan polimerisasi minyak tak jenuh
|
Tiner (thinners) :
Hidrokarbonalifatik, naptha, fraksi petroleum lain Turpentine
Hidrokarbon aromatic,
toluene silol (xylol), methylated naphthalene
|
Sebagai suspensi pewarna
cat, konsentrasi sedikit
|
Pengering (driers) : Co, Mn,
Pb, Zn, naphthalene, resin, otocates, linoleat, talates
|
Mempercepat pengeringan
lapisan melalui oksidasi dan polimerisasi
|
Antiskining agent :
Polyhydroxy phenols
|
Mencegah penggumpalan dan
pengelupasan cat
|
Plasticzser : Beberapa macam
minyak
|
Memberikan elastisitas dan
mencegah proses penguraian
|
Tabel 2.6 Fungsi dari Bahan Dasar Pigmen
Bahan
|
Fungsi
|
Pewarna putih : timah putih,
titanium dioksida, Zn oksida, litophene, Zn sulfide, basic lead sulphate
Pewarna hitam : karbon
hitam, lampblack, graphite, magnetite black
Pewarna biru : Ultramarine,
cobalt blue, copper pthalocyanine, iron blue
Pewarna merah : timah merah,
iron oxides, cadmium merah, toners dan lakes
Pewarna metalik : aluminium,
debus eng, bubuk tembaga
Pewarna kuning : litharge,
ochre, timah atau Zn kromat, hansa yellow, ferrite yellow, cadmium lithopone
Pewarna jingga : basic lead
chromate, cadmium orange, molybdenum orange
Pewarna hijau : kromium
oksida, kromat hijau, hydrated kromium oxide, pthalocyanine green, permansa
green
Pewarna coklat : burnt
sienna, burn amber, Vandyke brown
Metal protective pigment :
timah merah, timah biru, seng basic lead, barium potassium chromat
|
Untuk melindungi lapisan cat
dari sengatan matahari,
menguatkan lapisan dan
memberi tampilan menarik
|
Pigment extenders : china
clay, talk, asbestos, silica, gips, mika, barites, blanc fixe
|
Mengurangi biaya perawatan,
ketahanan warna
|
Tabel 2.7 Fungsi Additive pada Penambahan Cat
Kategori
|
Nama
|
Keterangan
|
Mempercepat atau mempermudah proses
|
Wetting Agent
|
Berguna untuk mempermudah atau mempercepat proses
penggantian udara dan air oleh resin pada permukaan pigment atau extender
|
Dispersing Agent
|
Berguna untuk mempermudah distribusi pigment dan
extender ke dalam cairan resin
|
|
Mengurangi akibat kerusakan selam penyimpanan
|
Anti Skinning Agent
|
Berguna untuk mencegah proses pengulitan pada
permukaan cat (oil atau alkyd base resin) selama penyimpanan
|
Thickening Agent
|
Berguna untuk mempertahankan kekentalan cat atau
melindungi cat selalu dalam kondisi koloid
|
|
Anti Settling Agent
|
Berguna untuk mempertahankan pigment selalu berada
pada kondisi dispersi yang stabil dalam campuran, sehingga tidak mengendap.
|
|
Mengurangi akibat selama pemakaian
|
Anti Sagging
|
Berguna untuk mencegah turunnya atau melelehnya cat
jika dipakai pada permukaan tegak
|
Levelling Agent
|
Berguna untuk meningkatkan kualitas permukaan cat,
sehingga permukaannya rata tidak bergelombang
|
|
Anti Flooding & Floating
|
Berguna untuk mencegah pemisahan pigment baik secara
vertikal maupun horisontal
|
|
Anti Foaming
|
Berguna untuk mencegah atau menghilangkan timbulnya busa pada permukaan cat
|
|
Memperbaiki atau Merubah Sifat Flim
|
||
Anti Static Agent
|
Berguna untuk mencegah atau mengurangi timbulnya arus listrik static
selama pemaikaian
|
|
Dryed
|
Berguna untuk mempercepat reaksi oksidasi dan polymerisasi dari ikatan
tak jenuh pada cat jenis alkyd atau synthetic (mengandung drying oil).
|
|
Catalyst
|
Berguna untuk mempercepat
reaksi crosslinking antara resin amino dan alkyd polyol (atau turunannya),
biasanya dipakai senyawa-senyawa asam organik maupun anorganik
|
|
Plasticizer
|
Berguna untuk meningkatkan
fleksibilitas cat, terutama pada cat yang mempunyai berat molekul yang besar,
seperti NC.
|
|
Anti Fouling Agent
|
Berguna untuk mencegah timbulnya
atau melekatnya tumbuhan air laut pada dasar dinding kapal
|
|
Matting Agent
|
Berguna untuk menurunkan
derajad kilap lapisan cat (dari gloss ke semi gloss atau dari semi ke
dof/matt)
|
|
Anti Fungus
|
Berguna untuk mencegah
timbulnya jamur
|
E.
Dampak
dari Penggunaan Bahan Cat
a. Binder/
Resin / formaldehida
Binder yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan adalah resin (epoxy resin dan urethane resin) menimbulkan iritasi
hidung, mata, tenggorokan dan kulit. Formaldehida merupakan salah satu polutan
dalam ruangan yang sering ditemukan karena resin formaldehida dipakai dalam
bahan konstruksi ini melepaskan formaldehida pelan-pelan. Apabila kadar di
udara lebih dari 0,1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi
kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing,
teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan.
Ada
studi yang menunjukkan formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti
yang digunakan dalam bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap
makhluk hidup yang terpapar zat, akan tetapi jika kadarnya berlebih bisa
menimbulkan kanker. Jika terpapar formalidehida dalam jumlah banyak semisal
terminum, asam format yang terkandung bisa meningkatkan keasaman darah, membuat
tarikan napas menjadi pendek dan sering, hipotermia, koma, bahkan sampai
kematian. Formaldehida menimbulkan terikatnya DNA dan protein sehingga
mengganggu ekspresi genetik. Sangat berbahaya pada ibu hamil karena bisa
merusak sistem saraf pada janin penyebab kecacatan.
Percobaan pada tikus, menunjukkan bahwa
inhalasi bahan selama 30 hari
dengan dosis 70, 300, 540 ppm menunjukkan tingginya angka kematian, terutama
pada dosis 540 ppm. Efek terhadap fungsi paru pada manusia , dari beberapa
studi kasus menunjukkan bahawa acrylic resin menyebabkan serangan asma pada
pekerja.
b.
Dampak Solvent / Thinner
Semua cat mengandung pelarut/
solvent yang biasanya berupa tiner. Tiner akan menguap segera setelah cat
dioleskan, saat itu pekerja cat dapat menghisap bahan berbahaya yang terkandung
dalam solvent. Thinner terbuat dari senyawa toulena yang berbahaya.
Tabel 2.4 Dampak dari Paparan Thinner
Organ yang terpapar
|
Dampak
|
Kulit
|
Kontak berkepanjangan dan berulang kali dapat menyebabkan dermatitis
(merah, gatal, kulit kering
|
Sistem syaraf
|
Sejumlah penelitian pada pekerja printer
rotogravure, tukang cat
dan pekerja pada industrirubberized-matting dengan paparan toluena
jangka panjang menunjukan tentang potensi kerusakan sistem
saraf pusat (SSP). Kebanyakan penelitian tidak memiliki data eksposur yang
baik. Namun beberapa tes neurobehavioural yang direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia dapat digunakan mengetahui besarnya paparan
toluena dalam tubuh. Hasil beberapa penelitian melaporkan akibat paparan
toluena berlebih bisa menimbulkan akibat seperti kehilangan memori, gangguan
tidur, kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi, atau ketiadaan. Akan tetapi
ada juga yang melaporkan tidak ada efek dari Toluena.
|
Mata
|
Sebuah penelitian menemukan hasil jika paparan toluena berdampak
pada menurunnya penglihatan warna. Pandangan sesorang menjadi
lebih kabur dan bahkan buta warna.
|
Pendengaran
|
Gangguan pendengaran telah diamati pada pekerja. Dalam beberapa studi
menjelaskan jika paparan toluena yang sangat tinggi bisa mengganggu
pendengaran. Hal ini didukung dengan penelitian penggunaan toluena pada hewan
yang mengakibatkan kebisingan dan penurunan pendengaran.
|
Paru-paru
|
Beberapa peneliti telah melaporkan adanya efek dari tiner sebagai pelarut
/ solvent terhadap gangguan fungsi paru. Pengukuran volume ekspirasi paksa
selama detik pertama (FEV1) pada pekerja yang terpapar tiner menunjukkan
adanya tanda obstruksi paru. Pengamatan pada pekerja pengecatan menunjukkan
bahwa paparan tiner ini menunjukkan tanda-tanda iritasi pada saluran
pernafasan. Iritasi ini selanjutnya menyebabkan terjadinya fibrosis paru
sehingga pada akhirnya terjadi gangguan fungsi paru.
|
c. Dampak Zat Kimia Pigmen
a.
Timbal (Pb)
Lead atau lebih
dikenal dengan timbal sejenis logam berat yang terdapat secara alami di
dalam kerak bumi. Keberadaan timbal bisa juga berasal dari hasil aktivitas
manusia, yang mana jumlahnya 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami yang
terdapat pada kerak bumi. Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian
khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia.Timbal (Pb) dapat
masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu
yang tercemar Pb. Timbal banyak digunakan industri cat untuk member pigmen cat.
Banyak jenis pigmen berbahaya seperti Lead
chromate: digunakan untuk memberi warna hijau, kuning dan merah; dapat
menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat.
Paparan Pb dosis
tinggi mengakibatkan kadar Pb darah mencapai 80 µg/dL pada orang dewasa dan 70
µg/dL pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati, kerusakan arteriol dan
kapiler , edeme otak, meningkatkanya tekanan zalir serebrospinal, degenerasi
neuron, serta perkembangbiakan sel gliayang disertai dengan munculnya ataksia,
koma, kejang-kejang, dan hiperaktivitas. Kandungan Pb dalam darah berkorelasi
dengan tingkat kecerdasan manusia. Semakin tinggi kadar Pb dalam darah, semakin
rendah poin IQ.Apabila dalam darah ditemukan kadar Pb sebanyak tiga kali batas
normal (intake normal sekitar 0,3 mg/hari), maka akan terjadi penurunan
kecerdasan intelektual.
Penyerapan melalui inhalasi partikel Pb ini
dipengaruhi oleh 3 proses, yaitu dimana
partikel tersebut terdeposisi, mucociliary clearance, dan alveolar clearance.
Paparan partikel ini dapat menyebabkan kelainan obtruksi sebagai hasil dari
meningkatnya partikel yang terdeposisi di alveoli. Keadaan ini diperparah bila
pekerja juga merokok, oleh karena mekanisme clearance yang kurang baik
b. Kadmium
Kadmium pada cat akan memberi warna hijau, kuning, oranye
dan merah.
Kadmium (Cd) dalam tubuh terakumulasi dalam hati dan terutama terikat sebagai
metalotionein mengandung unsur sistein, dimana Kadmium (Cd) terikat dalam gugus
sufhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil,
dan fosfatil dari protein purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium
(Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut,
sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh
(Darmono, 2001).
Kadmium
(Cd) merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya karena elemen ini
berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium (Cd) berpengaruh terhadap
manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya
hati dan ginjal (Palar, 2004).
Gejala
akut dan kronis akibat keracunan kadmium (Cd) yaitu (Sudarmaji dkk, 2006):
Gejala
akut :
§ Sesak dada.
§ Kerongkongan
kering dan dada terasa sesak (constriction
of chest).
§ Nafas pendek.
§ Nafas terengah-engah,
distress dan bisa berkembang kearah penyakit radang paru -paru.
§ Sakit kepala dan
menggigil.
§ Mungkin dapat diikuti
kematian.
b. Gejala kronis:
§ Nafas pendek.
§ Kemampuan mencium bau
menurun.
§ Berat badan menurun.
§ Gigi terasa ngilu dan
berwarna kuning keemasan.
Menurut Palar (2004), efek kronis
akibat toksisitas kadmium (Cd) pada manusia dapat dikelompokkan menjadi lima
kelompok yaitu :
1) Efek kadmium (Cd) terhadap ginjal
Logam kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan
bahkan mampu menimbulkan kerusakan pada sistem yang bekerja di ginjal.
Kerusakan yang terjadi pada sistem ginjal dapat dideteksi dari tingkat jumlah
atau jumlah kandungan protein yang terdapat dalam urine. Petunjuk kerusakan
yang dapat terjadi pada ginjal akibat logam kadmium (Cd) yaitu terjadinya asam
amniouria dan glokosuria, dan ketidaknormalan kandungan asam urat kalsium dan
fosfor dalam urine.
2) Efek kadmium (Cd) terhadap paru
Keracunan yang disebabkan oleh peristiwa terhirupnya
uap dan atau debu kadmium (Cd) juga mengakibatkan kerusakan terhadap organ
respirasi paru-paru. Kerusakan paru-paru tersebut dapat terjadi sebagai akibat
dari keracunan kronis yang disebabkan oleh kadmium (Cd).
3) Efek kadmium (Cd) terhadap tulang
Efek keracunan kadmium (Cd) juga dapat mengakibatkan
kerapuhan pada tulang. Gejala rasa sakit pada tulang sehingga menyulitkan untuk
berjalan. Terjadi pada pekerja yang bekerja pada industri yang menggunakan
kadmium (Cd). Penyakit tersebut dinamakan “itai-itai”.
4) Efek kadmium (Cd) terhadap sistem reproduksi
Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga
mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organya. Pada konsentrasi tertentu
kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang
menjadi dasar bahwa akibat terpapar oleh uap logam kadmium (Cd) dapat
mengakibatkan impotensi.
Metabolisme
cadmium dalam tubuh sangat lambat, meskipun progresivitasnya dapat meningkat
apabila terjadi akumulasi. Penyerapan cadmium ke dalam tubuh dapat melalui
inhalasi dan oral. Melalui inhalasi
cadmium tergantung pada ukuran partikelnya. Sekitar 10 – 50% cadmium
yang terinhalasi akan terdeposit dalam alveoli paru-paru. Sebagian dari cadmium
yang terdeposit tersebut akan dikeluarkan melalui mekanisme clearance. Efek
terhadap saluran pernafasan, inhalasi partikel cadmium akan menyebabkan
gangguan fungsi paru, yang berupa emphysema, kelainan obstruktif, dan fibrosis
paru. Kelainan tersebut akan terjadi terutama pada pekerja yang terpapar
partikel cadmium secara kronis.
c.
Kromium
Kromium pada cat memberikan warna hijau, kuning, dan
oranye. Logam krom (Cr) adalah salah satu jenis polutan logam berat yang
bersifat toksik, dalam tubuh logam krom biasanya berada dalam keadaan sebagai
ion Cr3+. Krom
dapat menyebabkan kanker paru-paru, kerusakan hati (liver) dan ginjal. Jika
kontak dengan kulit menyebabkan iritasi dan jika tertelan dapat menyebabkan sakit
perut dan muntah. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi kadar pencemar
pada perairan biasanya dilakukan melalui kombinasi proses biologi, fisika dan
kimia. Pada proses fisika, dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke
dalam bak penampung yang telah diisi campuran pasir, kerikil serta ijuk. Hal
ini lebih ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran kasar
dan penyisihan lumpur. Pada proses kimia, dilakukan dengan menambahkan
bahan-bahan kimia untuk mengendapkan zat pencemar misalnya persenyawaan
karbonat.
Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan
dapat menyebabkan kondisi jantung, gangguan dari metabolisme dan diabetes. Tapi
terlalu banyak penyerapan kromium (III) dapat menyebabkan efek kesehatan juga,
misalnya ruam kulit. Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia,
terutama bagi orang-orang yang bekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang
merokok tembakau juga memiliki kesempatan yang lebih tinggi terpapar kromium
Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan. sebuah senyawa
dalam produk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Pada
saat bernapas ada krom (VI) dapat menyebabkan iritasi dan hidung mimisan.
Masalah kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kromium (VI) adalah:
ü kulit
ruam
ü sakit
perut dan bisul
ü Masalah
pernapasan
ü Sistem
kekebalan yang lemah
ü Ginjal
dan kerusakan hati
ü Perubahan
materi genetik
ü Kanker
paru-paru
ü Kematian
Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung
pada keadaan oksidasi. Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada dalam produk
ini) adalah toksisitas rendah. Bentuk yang hexavalent beracun. Efek samping
dari bentuk hexavalent pada kulit mungkin termasuk dermatitis, dan reaksi
alergi kulit. Gejala pernafasan termasuk batuk, sesak napas, dan hidung gatal. Partikel ini dalam bentuk
trivalent dan hexavalent secara signifikan dapat menyebabkan gangguan fungsi
paru. Gangguan fungsi paru dapat terjadi terutama pada paparan dengan dosis
cukup, yaitu akan terjadi iritasi saluran pernafasan, dengan nasal septal
perforation. Pulmonary sensitization pernah dilaporkan juga terjadi akibat
paparan partikel ini meskipun kejadiannya jarang.
d. Additive
Adapun dampak penggunaan
bahan additive pada cat akan menimbulkan efek gangguan pernapasan pada pekerja.
Penggunaan zat additive pada cat yang berlebih jika terhirup akan terakumulasi
pada tubuh sehingga bersifat karsinogenik.
F.
Proses
Pembuatan Cat
Dalam pembuatan cat dibutuhkan berbagai peralatan yang diperlukan untuk
mencampur semua bahan yang diperlukan untuk membuat cat. Alat – alat tersebut
antara lain.
1. Timbangan.
Untuk mengukur berat dari bahan yang padat atau caair seperti pigmen,
solven, rekeasing agent dan air.Timbangan untuk mengukur adonan yang jumlah
totalnya kurang lebih satu kilogram maka diperlukan timbangan dengan
keteliutian seperseribu.Kelebihan releasing 10 gr saja dapat menyebabkan adonan
menjadi terlalu basah atau malah tidak bisa dihapus jika realizing agennya
sedikit. Penggunaan timbangan sangat mempengaruhi kualitas cat yang dihasilkan.
2. Grinding
Grinding digunakan untuk menghaluskan atau memperkecil ukuran yang
ditujukan untuk mengurangi ukuran suatu padatan agar diperoleh luas permukaan
yang besar.Dengan luas permukaan yang bertambah maka didapat keuntungan seperti
mempercepat pelarutan, mempercepat reaksi kimia, mempertinggi kemmpuan penyerapan
dan menambah kekuatan warna.
3. Ball
mill
Ball mill merupakan
salah satu alat yang digunakan untuk memperkecil ukuran padatan yang mana
merupakan tabung yang berputar dengan bola – bola pejal didalamnya, bahan
dikecilkan dengan penekanan, penggesekan dan pemukulan.
Setelah semua bahan siap maka selanjutnya dilakukan
mixing atau pencampuran. Mixing merupakan operasi dasar untuk menyebarkan bahan
– bahan dengan sifat dan kimia yang berbeda secara merata dibawah pengaruh gaya
mekanik. Suatu penyebaran merata dari komponen tercapai bila dalam suatu system
tidak lagi terdapat perbedaan konsentrasi, besar butiran dan suhu. Proses
pencampuran adalah proses mekanik untuk penyatuan bahan .jenis campuran
diarahklan kepada keadaan fisik bahan dimana terdapat komponen campuran.
Untuk mencampur bahan dibutuhkan pengetahuan tentang
konsistensi bahan adalah yang paling penting seperti bahan kental, semi kental
dan encer. Mixer dibagi menjadi dua cara yaitu kecepatan dan performance kerja.
Ada beberapa jenis pencampuran atau mixing yang
dilakukan dalam pembuatan cat yaitu :
a.
Cone blender mixer
Proses pencampuran bahan padat ini dilakukan setelah
proses pengecilan. Untuk mendapat derajat pencampuran yang tinggi dengan waktu
yang singkat, bahan harus memiliki ukuran partikel yang kecil sehingga dapat
bergerak secara turbulan dalam alat pencampur. Pencampur V merupakan sebuah
bejana dengan sebelah atau kedua sisinya berbentuk V dan berputar mengelilingi
sumbu horizontal.Pada pencampuran ini bahan diangkat kemudian dijatuhkan kebawah.Pada
saat jatuh bahan terdistribusi dan termamfaatkan sehingga meningkatkan derajat
pencampuran dan waktu yang lebih singkat.
b.
Planetary paste mixer
Merupakan messin pencampur multi purpose, satu lebih
sumber pengaduk dicampur secara konsentris , eksentris atau menyilang. Biasanya
sumbu ini memiliki arah perputaran yang saling berlawanan sehingga menimbulkan
gaya geser yang besar.
c.
Colloid mill
Colloid mill berguna untuk milling, dispersing,
homogenizing dan untuk memecah agglomerate dalam industri pasta , emulsi,
coating, ointment, cream, pulp, pelumas pasta dan lain – lain. Fungsi utamanya
adalah untuk menjamin pecahnya agglomerate untuk memperoduksi droplet dengan
ukuran 1 micron
Bahan yang akan diproses dimasukan ke hopper dengan
bantuan gravitasi dipompa sedemikian rupa masuk melalui elemen rotor dan stator
yang mana bahan tersebut menjadi sasaran gaya gesek dan gaya hidrolik. Bahan
dengan kandungan padatan fiber yang lebih tinggi akan lebih baik menggunakan
disc berujung kerucut.
1.
Proses
produksi cat.
Proses
produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down,
filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses pencampuran
awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler
didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti
dispersing agent dan wetting agent.
Pada proses grinding partikel-partikel pigmen
dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi lebih kecil
dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah
proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai
packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif,
disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya,
dan pada akhirnya di kemas.

Sumber : google.images.com
Gambar
2.4 Skema pembuatan
cat
Bahan baku utama yang digunakan
dalam proses produksi cat adalah resin, solvent (pelarut), pigmen dan ekstender.
a. Resin : Alkid, aklirik, vinil, dan lain-lain
b. Solvent : Aromatik, alifatik, keton, alkohol, dan lain0lain
c. Pigemn : TiO2 organik dan anorganik
d. Ekstender : Kalsium Karbonat, Kapurm Tanah liat
e. Bahan pembantu : Minyak goreng, Plasticizer, dan lain lain
Bahan baku pigmen yang biasanya
digunakan mengandung 60% FeO, ZnO, bubuk Zn, dan pasta alumunium; 27%
mengandung senyawa Pb dan Cr dan 13% senyawa lainnya.
Ada dua jenis cat yang dihasilkan
berdasarkan pemanfaatnya, yaitu cat solvent based fan cat water based. Pada
prinsipna proses produksi pembuatan cat utuk cat solvent based dan water based
dama, namun proses pembuatannya masing-masing terpidah dan tidak menggunakan
alat yang sama. Perbedaannya ganya pada bahan aditip pada tahap pra pencampuran
pada proses penggilingan dan proses percampuran awal.
Untuk cat solven based bahan yang
dimasukkan adalah resin, pigmen, ekstender, pelarut dan plasticizer, sedangkan
pada cat water based bahan yang dimasukkan adalah air, amonia, dispersan,
pigmen dan ekstender.
a. Proses
pembuatan cat solvent based
Bahan
baku resin, pigmen kering dan ekstender digiling dan diaduk dengan kecepatan
tinggi pada tangki pengaduk atau pencampur. Selama proses ini berlangsung,
bahan pelarut dan plasticizer simasukkan ke dalam tangki pencampur. Proses ini
disebut tahap pra pencampuran. Kemudian hasil dari proses pra pencampuran
dimasukkan ked tangki penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses
pendispersian bahan yang telah dicampur.Selanjutnya dilakukan tahap stabilisasi
dalam tangki pengaduk dengan penambagan zat pewarna dan tiner (cairan yang
mudah menguap). Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dengan penambahan
bahan resin untuk menghasilkan kualitas cat yang diinginkan kemudian hasilnya
dimasukkan dalam proses penyaringan. Produk dari hasil proses penyaringan
kemudian memasuki proses pengalengan cat, penyegelan dan pengemasan produk
akhir.
b. Proses
pembuatan cat water based
Bahan baku air,
amonia, dispersan, pigmen, dan ekstender figiling dan diaduk dalam tangki
pengaduk. Selama proses ini berlangsung, bagan pigmen kering dan ekstender
pigmen dimasukkan kedalam tangki pencampuran. Proses ini disebut tahap pra
pencampuran. Kemudian hasil dari proses pencampurandimasukkan ketaangki
penggiling dan pengadukan lanjut untuk tahap proses dispersi bahan yang telah
dicampur dengan penambahan bahan penolong seperti resin, plasticizer, bahan
pengawet, antifoaming, bahan pengemulsi polivinil asetat (PVA) dan air sebagai
tinner. Proses selanjutnya adalah tahap stabilisasi dalam tangki pencampur
untuk menghasilkan kualitas cat yang diinginkan kemudian hasilnya dimasukkan
dalam proses penyaringan.Hasil proses penyaringan kemudian memasuki proses
pengalengan cat,
penyegelan, dan pengemasan.

G.
Kelegalan
1. Resin
/ Formaldehida
Turunan formaldehida yaitu metilena difenil diisosianat juga
merupakan elemen dalam pembuatan cat. Kita mengenal Formalin yang sesungguhnya
berasal dari larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40% atau
bisa dikatakan. Formalin adalah nama dagang dari formaldehida ( HCHO ).
Formalin juga biasa digunakan sebagai bahan pembuat zat pewarna. Sebenarnya
batas toleransi Formaldehida dapat diterima tubuh manusia dengan aman adalah
dalam bentuk air minum, menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS), adalah 0,1 mg per liter atau
dalam satu hari asupan yang dibolehkan adalah 0,2 mg.
2. Thinner
Toluena sangat
lipofilik yang dapat mempengaruhi system pusat saraf jika kita terpapar, oleh
karena itu Badan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja (OSHA) menetapan batas
maksimum konsentrasi toluene di udara yaitu 200 ppm.
3. Pigmen
-
Kadmium
Berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 51 tahun 1995 tentang
Bahan Baku Limbah Cair pada Industri Cat kadar maksimum kadmium pada cat adalah
0,1 mg/l dengan beban pencemaran maksimum 0,80 gram/m3
-
Kromium
Berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 51 tahun 1995 tentang
Bahan Baku Limbah Cair pada Industri Cat kadar maksimum kromium pada cat adalah
0,25 mg/l dengan beban pencemaran maksimum 0,20 gram/m3
-
Timbal
Berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 51 tahun 1995 tentang
Bahan Baku Limbah Cair pada Industri Cat kadar maksimum kromium pada cat adalah
0,40 mg/l dengan beban pencemaran maksimum 0,32 gram/m3
4.
Additive
Batas maksimum penambahan zat
additive pada cat di sesuaikan dengan keperluan penggunaan atau sesuai dengan
kebutuhan.
BAB III
KESIMPULAN
Ø Sejarah cat dimulai dari tahun
30.000 sebelum masehi yang ditandai dengan ditemukannya lukisan – lukisan di
dinding gua, contohnya di Luscaux Prancis dimana pigmen cat didapatkan dari
tanaman dan batu – batuan maupun dari bagian hewan. Selanjutnya penggilingin
warna pertama yaitu di eropa pada abad 17. Industri kimia cat dimulai pada abad
ke 19. Pada abad ke 20 ditemukan cat sintetis. Industri cat terus berkembang
hingga sekarang.
Ø Struktur dan komposisi :
Komponen cat terdiri dari resin,
pigmen, dan solvent, serta additive. Resin sebagai perekat memiliki banyak
jenis, diantaranya Natural Oil, Alkyd, Nitro
Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone,
Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic. Masing – masing jenis resin memiliki struktir
kimia yang berbeda. Sedangkan pigmen berasal dari bahan organik maupun
anorganik. Pigmen sintetis maupun alami. Contoh pigmen sintesis adalah Diantaranya reaksi Pb(NO3)2
+ Na2CrO4 à PbCrO4 + 2NaNO3
yang menghasilkan warna kuning, atau reaksi antara zink hidroxida dan NaOH yang
menghasilkan warna putih.
Ø Struktur kimia solvent tergantung
dari bahan baku penyusunnya. Bahan baku solvent terbagi menjadi hidrokarbon
(mengandung unsur hidrogen dan karbon) dan oxigen solvent (mengandung unsur
oxigen).
Ø Jenis-jenis cat digolongkan berdasarkan bahan
baku utama, mekanisme pengeringan, letak dan dimana cat itu dipakai, kondisi
cat, jenis dan keberadaan solvent, fungsi, methode pengecatan, jenis
substratnya, mekanisme pengeringan, ada tidaknya solvent, serta kondisi dan
bentuk campuran.
Ø Fungsi bahan cat resin yaitu
membentuk lapisan pelindung melalui oksidasi dan polimerisasi minyak tak jenuh,
thinner sebagai suspensi pewarna cat, konsentrasi sedikit, Pigmen Untuk
melindungi lapisan cat dari sengatan matahari,
menguatkan lapisan dan memberi tampilan menarik dan additive mencegah
penggumpalan dan pengelupasan cat serta mempercepat pengeringan lapisan melalui
oksidasi dan polimerisasi.
Ø Dampak penggunaan resin yaitu menimbulkan iritasi hidung, mata,
tenggorokan dan kulit. Solvent akan menyebabkan dermatitis (kulit merah, gatal
dan kering), menurunnya penglihatan, dan iritasi saluran pernafasan.Adapun
dampak timbal yang terkandung pada pigmen yaitu gangguan pada syafat pusat,
kadmium menyebabkan sesak dada, nafas pendek, sakit kepala , kemampuan mencium
bau menurun, dan gangguan fungsi paru, kromium menyebabkan kanker paru-paru,
kerusakan hati dan ginjal.
Ø Secara umum proses pembuatan cat
dapat dibagi dalam beberapa tahapan diantaranya:
pre-mixing, grinding, let-down, filtering, color matching, dan packaging.
Ø Adapun kelegalan resin menurut International Programme on
Chemical Safety (IPCS),
adalah 0,1 mg per liter, thinner menurut Badan Keselamatan dan Kesehatan Pekerja (OSHA) menetapan
batas maksimum konsentrasi toluene di udara yaitu 200 ppm, kadmium berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No 51 tahun 1995 tentang Bahan Baku Limbah Cair pada
Industri Cat kadar maksimum kadmium pada cat adalah 0,1 mg/l, kromium
berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No 51 tahun
1995 tentang Bahan Baku Limbah Cair pada Industri Cat kadar maksimum kromium
pada cat adalah 0,25 mg/l, timbal berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia No 51 tahun 1995 tentang Bahan Baku Limbah Cair pada
Industri Cat kadar maksimum kromium pada cat adalah 0,40 mg/l dan additive batas
maksimum penambahan zat additive pada cat di sesuaikan dengan keperluan
penggunaan atau sesuai dengan kebutuhan.
Infonya sangat menarik, terima kasih sudah memposting. Izin share ya kak :)
BalasHapusGAN MINTA INFO CAT TERMOPLASTIK YG BUAT MARKA JALAN,DAN YG JUAL BAHAN NY
BalasHapusrevrensi buku nya dong..mau beli soalnya buat.tugas akhir kukiah nih makasih
BalasHapusmin ga bisa tampil gambarnya
BalasHapus