LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS

SEMESTER GASAL 2012
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
KHUSNIA KURIL JANNAH
(123654015)
2.
DIAN KURVAYANTI INNATESARI (123654018)
3.
ELLA WAHYUNI
(123654039)
4.
FITRIANA NUR ASTUTI (123654044)
5.
NURUL FATHONAH
(123654050)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
I.
Pendahuluan
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila
potensial air di luar sel lebih rendah daripada potensial air di dalam sel.
Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan
menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh
dinding sel. Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air
tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah),
karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat
isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus
terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga
sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut
plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus,
maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini
disebut deplasmolisis (Tjotrosomo,1983:11).
Plasmolisis
merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di
larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan
juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam
kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana
protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara
dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel -
dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah
kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan,
tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik
(Sasmitamiharja, 1990).
Potensial
air daun mempengaruhi transpirasi terutama melalui pengaruhnya terhadap
membukanya stomata, tetapi juga mempengaruhi kadar uap air dalam ruang udara
daun. Pengurangan potensial air sedikit tidak akan mempengaruhi transpirasi
secara nyata, terutama apabila kadar uap air udara tinggi.(Goldworty,
1992). Masuknya air ke dalam sel akan menyebabkan
tekanan terhadap dinding sel sehingga dinding sel meregang.Hal ini akan
menyebabkan timbulnya tekanan hidrostatik untuk melawan aliran air tersebut.
Tekanan hidrostatik dalam sel disebut tekanan turgor. Tekanan turgor yang
berkembang melawan dinding sebagai hasil masuknya air ke dalam vakuola sel
disebut potensial tekanan. Tekanan turgor penting bagi sel karena dapat
menyebabkan sel dan jaringan yang disusunnya menjadi kaku. Potensial air suatu
sel tumbuhan secara esensial merupakan kombinasi potensial osmotik dengan
potensial tekanannya. Jika dua sel yang bersebelahan mempunyai potensial air
yang berbeda, maka air akan bergerak dari sel yang mempunyai potensial air
tinggi menuju ke sel yang mempunyai potensial air rendah (Anonymous,
2009). Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut
yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan
terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain.
Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari
sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat
suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan.
Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan
bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini
dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini
bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya
tekanan difusi negative (Fitter, A.H., 1991).
Plasmolisis
hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya
terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan
bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali
menggunakan tanaman Elodea atau
sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna
sehingga proses dapat diamati dengan jelas ( Wilkins, 1992).
Pada umumnya membran sel organisme
hidup bersifat semi permiabel (selektif permiabel) yang berarti hanya
molekul-molekul tertentu yang dapat melewati. Cairan sel biasanya bersifat
hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan diluar sel bersifat hipotonis
(potensial air rendah) sehingga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampai
antara kedua cairan isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang
hipertonis terhadap sitoplasma maka air di dalam sel akan berdifusi keluar
sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dinding selnya (plasmolisis).
Apabila sel kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis maka air akan
masuk ke dalam sel dan sitoplasma kembali mengembang (desplasmolisis).
I.
Tujuan
Melihat peristiwa plasmolisis dan desplasmolisis
pada daun Rhoe discolor.
II.
Alat
dan Bahan :
a. Gelas
objek
b. Gelas
penutup
c. Silet
d. Mikroskop
e. Stopwatch
f. Daun
Rhoe discolor
g. Larutan
sukrosa 21%
h. Aquades
i.
Alkohol dan kain
flanel pembersih/kapas
j.
Kertas saring
III.
Cara
Kerja :
1. Menyayat
permukaan daun Rhoe discolor (bagian yang berwarna ungu-merah).
2. Meletakkan
sayatan pada gelas objek yang telah dibersihkan dan telah ditetesi aquades
serta menutup dengan gelas kaca/kaca penutup.
3. Mengamati
dibawah mikroskop. Apabila sel-sel daun Rhoe discolor sudah nampak
jelas, meneteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi gelas penutup dan pada
tepi yang lain menempelkan kertas pengisap (kertas saring) sehingga aquades
akan tertarik oleh kertas pengisap dan medium sayatan digantikan oleh sukrosa.
4. Mengamati
dengan mikroskop selama 5 menit, mencatat semua perubahan yang terjadi terutama
waktu terjadinya plasmolisis.
5. Mengganti
larutan sukrosa dengan aquades (air suling).
6. Mengamati
dan mencatat terjadinnya desplasmolisis.
IV.
Hasil
Pengamatan
No
|
Hasil
Pengamatan
|
Perbesaran
|
Keterangan
|
1
|
![]() |
50x
|
Sebelum
di tetesi apa-apa
|
2
|
![]() |
50x
|
Ditetes
sukrosa mengalami plasmolisis.
|
3
|
![]() |
50x
|
Ditetesi
aquades mengalami desplasmolisis.
|
V.
PEMBAHASAN
Percobaan plasmolisis dan
deplasmolisis ini menggunakan preparat dari epidermis permukaan bawah daun Rhoe
discolor. Daun ini digunakan karena bagian bawah daunnya mengandung sel
yang penuh dengan warna ungu (anthocian), sehingga dapat dengan mudah diamati
perubahan warna selnya di bawah mikroskop.
Pada percobaan pertama
daun Rhoe discolor berwarna ungu. Setelah preparat dari sel
epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki warna ungu (anthocian)
ditetesi dengan larutan sukrosa yang berperan sebagai larutan hipertonik
sehingga terjadi perubahan pada sel tersebut yaitu terjadi perubahan warna dari
yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih. Peristiwa ini menandakan
bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena
terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada
larutan hipotonik.
Ketika ditetesi kembali dengan
air, keadaan sel daun Rhoe discolor kembali seperti yang pertama yaitu berwana
ungu tapi wanannya lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa terjadi
peristiwa deplasmoisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan
diganti dengan larutan hipotonik. Dalam hal ini aquades sebagai larutan
hipotonis.
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang
disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu
bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan
akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan
keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding
sel. Bila plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk
mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali
ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar
air yang lebih tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut
dengan deplasmolisis.
VI.
KESIMPULAN
-
Salah satu faktor yang menyebabkan
plasmolisis adalah konsentrasi larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka sel mengalami plasmolisis.
-
Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membrane
plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air atau dehidrasi ketika
sel ditempatkan di larutan dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis terhadap
sel atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi.
-
Sel yang terplasmolisis ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula bila sel yang mengalami plasmolisis di
tempatkan di larutan hipotonis. Peristiwa ini disebut deplasmolisis.
DAFTAR
PUSTAKA
Kimball,
John W. 1998. Biologi Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Suyitno,
dkk. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar II. Yogyakarta:
Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rachmadiarti,
Fida,dkk.2007.Biologi Umum.Surabaya: Unesa University Press
Terima kasih sudah memposting, infonya sangat membantu :)
BalasHapus