Jumat, 02 November 2012

smart science


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
PLASMOLISIS DAN DEPLASMOLISIS




SEMESTER GASAL 2012
ANGGOTA KELOMPOK :
1.      KHUSNIA KURIL JANNAH                      (123654015)
2.      DIAN KURVAYANTI INNATESARI          (123654018)
3.      ELLA WAHYUNI                                       (123654039)
4.      FITRIANA NUR ASTUTI                            (123654044)
5.      NURUL FATHONAH                                 (123654050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

I.                   Pendahuluan
     Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar, maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel.  Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara kedua cairan bersifat isotonus. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonus, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang hal ini disebut deplasmolisis (Tjotrosomo,1983:11).
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), sel tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, menyebabkan sel tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan sel dalam kondisi seperti ini layu. Kehilangan air lebih banyak akan menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya jarak antara dinding sel dan membran. Akhirnya cytorrhysis - runtuhnya seluruh dinding sel - dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam sel tumbuhan untuk mencegah kehilangan air secara berlebihan, juga mendapatkan air secara berlebihan, tetapi plasmolisis dapat dibalikkan jika sel diletakkan di larutan hipotonik (Sasmitamiharja, 1990).         
Potensial air daun mempengaruhi transpirasi terutama melalui pengaruhnya terhadap membukanya stomata, tetapi juga mempengaruhi kadar uap air dalam ruang udara daun. Pengurangan potensial air sedikit tidak akan mempengaruhi transpirasi secara nyata, terutama apabila kadar uap air udara tinggi.(Goldworty, 1992).    Masuknya air ke dalam sel akan menyebabkan tekanan terhadap dinding sel sehingga dinding sel meregang.Hal ini akan menyebabkan timbulnya tekanan hidrostatik untuk melawan aliran air tersebut. Tekanan hidrostatik dalam sel disebut tekanan turgor. Tekanan turgor yang berkembang melawan dinding sebagai hasil masuknya air ke dalam vakuola sel disebut potensial tekanan. Tekanan turgor penting bagi sel karena dapat menyebabkan sel dan jaringan yang disusunnya menjadi kaku. Potensial air suatu sel tumbuhan secara esensial merupakan kombinasi potensial osmotik dengan potensial tekanannya. Jika dua sel yang bersebelahan mempunyai potensial air yang berbeda, maka air akan bergerak dari sel yang mempunyai potensial air tinggi menuju ke sel yang mempunyai potensial air rendah (Anonymous, 2009).   Menurut Bidwell (1979) molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak. Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang lain. Perpindahan molekul-molekul itu dpat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Tekanan ini disebut dengan tekanan difusi. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul. Hal ini dibandingkan dengan istilah daerah surplus molekul dan minus molekul. Ini bararti bahwa di sumber itu ada tekanan difusi positif dan ditinjau adanya tekanan difusi negative (Fitter, A.H., 1991). 
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Biasanya terjadi secara sengaja di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas ( Wilkins, 1992).
          Pada umumnya membran sel organisme hidup bersifat semi permiabel (selektif permiabel) yang berarti hanya molekul-molekul tertentu yang dapat melewati. Cairan sel biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan diluar sel bersifat hipotonis (potensial air rendah) sehingga air akan mengalir masuk ke dalam sel sampai antara kedua cairan isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hipertonis terhadap sitoplasma maka air di dalam sel akan berdifusi keluar sehingga sitoplasma mengkerut dan terlepas dinding selnya (plasmolisis). Apabila sel kemudian dimasukkan ke dalam cairan yang hipotonis maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma kembali mengembang (desplasmolisis).

I.                   Tujuan
Melihat peristiwa plasmolisis dan desplasmolisis pada daun Rhoe discolor.



II.                Alat dan Bahan :
a.       Gelas objek
b.      Gelas penutup
c.       Silet
d.      Mikroskop
e.       Stopwatch
f.       Daun Rhoe discolor
g.      Larutan sukrosa 21%
h.      Aquades
i.        Alkohol dan kain flanel pembersih/kapas
j.        Kertas saring

III.             Cara Kerja :
1.      Menyayat permukaan daun Rhoe discolor (bagian yang berwarna ungu-merah).
2.      Meletakkan sayatan pada gelas objek yang telah dibersihkan dan telah ditetesi aquades serta menutup dengan gelas kaca/kaca penutup.
3.      Mengamati dibawah mikroskop. Apabila sel-sel daun Rhoe discolor sudah nampak jelas, meneteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi gelas penutup dan pada tepi yang lain menempelkan kertas pengisap (kertas saring) sehingga aquades akan tertarik oleh kertas pengisap dan medium sayatan digantikan oleh sukrosa.
4.      Mengamati dengan mikroskop selama 5 menit, mencatat semua perubahan yang terjadi terutama waktu terjadinya plasmolisis.
5.      Mengganti larutan sukrosa dengan aquades (air suling).
6.      Mengamati dan mencatat terjadinnya desplasmolisis.


IV.             Hasil Pengamatan
No
Hasil Pengamatan
Perbesaran
Keterangan
1
50x
Sebelum di tetesi apa-apa
2
50x
Ditetes sukrosa mengalami plasmolisis.
3
50x
Ditetesi aquades mengalami desplasmolisis.

V.                PEMBAHASAN
          Percobaan plasmolisis dan deplasmolisis ini menggunakan preparat dari epidermis permukaan bawah daun Rhoe discolor. Daun ini digunakan karena bagian bawah daunnya mengandung sel yang penuh dengan warna ungu (anthocian), sehingga dapat dengan mudah diamati perubahan warna selnya di bawah mikroskop.
            Pada percobaan pertama daun  Rhoe discolor berwarna ungu. Setelah preparat dari sel epidermis bawah daun Rhoe discolor yang memiliki warna ungu (anthocian) ditetesi dengan larutan sukrosa yang berperan sebagai larutan hipertonik sehingga terjadi perubahan pada sel tersebut yaitu terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih. Peristiwa ini menandakan bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena terlepasnya  protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan hipotonik. 
          Ketika ditetesi kembali dengan air,  keadaan sel daun Rhoe discolor  kembali seperti yang pertama yaitu berwana ungu tapi wanannya lebih muda.  Hal ini membuktikan bahwa terjadi peristiwa deplasmoisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan diganti dengan larutan hipotonik. Dalam hal ini aquades sebagai larutan hipotonis.
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan deplasmolisis.




VI.             KESIMPULAN
-          Salah satu faktor yang menyebabkan plasmolisis adalah konsentrasi larutan. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka sel mengalami plasmolisis.
-          Peristiwa plasmolisis adalah peristiwa lepasnya plasmalemma atau membrane plasma dari dinding sel karena sel kehilangan air atau dehidrasi ketika sel ditempatkan di larutan dengan konsentrasi tinggi atau hipertonis terhadap sel atau memiliki potensial osmotik yang lebih tinggi.
-          Sel yang terplasmolisis ini dapat dikembalikan pada keadaan semula bila sel yang mengalami plasmolisis di tempatkan di larutan hipotonis. Peristiwa ini disebut deplasmolisis.




DAFTAR PUSTAKA
Kimball, John W. 1998. Biologi Edisi ke-5 Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Suyitno, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar II. Yogyakarta: Universitas
     Negeri Yogyakarta.
Rachmadiarti, Fida,dkk.2007.Biologi Umum.Surabaya: Unesa University Press

1 komentar: